Setelah
peristiwa bersama Rico, hubunganku dengan Risa makin membaik secara kualitas,
namun secara kuantitas aku agak jarang bertemu dengan Risa karena aku harus
bekerja dan melanjutkan studi di luar kota. Sehingga paling dua minggu atau
tiga minggu sekali aku bertemu dengannya.
Perihal dengan Rico aku tak cemburu lagi dengannya, apalagi aku sudah dikenalkan juga dengan pacarnya Rico. Findi namanya. Anaknya lumayan cantik, badannya juga seksi meski teteknya tak sebesar Risa, pacarku. Kutaksir ukuran BHnya sekitar 34B.
Kisahku ini terjadi ketika aku pulang ke kota K, untuk menengok Risa. Kangenku padanya sudah nggak ketulungan, harusnya aku pulang 2 minggu lagi, tapi aku pulang seminggu lebih awal, karena udah tak tahan kangen. Sengaja Risa tak kuberi kabar untuk memberikan kejutan kepadanya, karena saat kutelepon katanya ia kangen sekali denganku.
Pagi-pagi benar aku sudah sampai di kota K, setelah melepas lelah aku meluncur naik taksi ke dekat rumah Risa. Dari wartel yang berjarak 500 m, kutelepon ke rumahnya.
"Pagi, Risanya ada?"
"O..
Risanya pergi baru dua menit yang lalu" Ibunya Risa yang mengangkat
telephone.
"Kemana
ya Bu?"
"Aduh kurang tahu ya.. Katanya mau
bimbingan skripsi atau apa gitu?"
"Ya
udah Bu, makasih"
Begitu kuletakkan telepon, kulihat mobil Risa melintas di depanku, entah kenapa aku tak terlintas dalam benakku untuk mengikutnya. Kulihat Risa berdandan sangat cantik dan sexy, mungkin itu juga yang membuatku curiga karena selama ini setiap ia bimbingan, dandanannya biasa-biasa saja. Akhirnya kuminta sopir taksi untuk mengikuti mobil Risa.
Setelah berjalan 3 km, tiba-tiba mobil berhenti, kemudian pintu dibuka, kulihat cowok yang sangat kukenali wajahnya, Rico teman sekampus Risa, sesaat mereka ngobrol kemudian Rico masuk ke mobil melalui sebelah kanan. Ternyata mereka ganti stir, Rico yang memegang stir kemudian Risa duduk si sebelahnya.
Beberapa saat mobil berjalan Risa menoleh ke belakang, aku terkejut langsung kutundukkan badanku agar ia tak mengenaliku. Saat ku munculkan lagi wajahku betapa terkejutnya aku ketika Risa ternyata mencium pipi Rico, kemudian ia menggelayut mesra di bahu Rico sambil Rico terus menyetir. Hampir saja kuminta sopir taksi untuk menghentikan mobil mereka, namun naluriku berkata lain aku harus ikuti kemana mereka pergi.
Mobil Risa terus meluncur melewati batas kota K melewati kota U arah menuju areal wisata di kota B. Tiba-tiba badanku merinding, keringat dingin membasahi tubuhku, jangan-jangan mereka benar ke kota B, tempat aku dan Risa biasa memadu asmara. Sejenak aku diam menenangkan diri, tiba-tiba kulihat Hpku, aku ada ide coba telp HP Risa, toh ia tidak tahu kalo aku lagi pulang ke kota K.
"Hallo Sayang, lagi ngapain?"
"Eh
Ryan, kupikir siapa kok nggak ada nomornya?" jawab Risa santai
"Oh
iya aku pakai private number, sori belum kuganti. Lagi dimana nih?"
"Ini
Ryan mau ke tempatnya Bu Ani, konsultasi skripsi"
"Emang
rumahnya di mana?"
"E..
Di jl. KS.." Kudengar Risa agak gugup, ia menjawab sekenanya. Padahal
setahuku Bu Ani itu rumahnya di Jl. RHT.
"Ya
udah, ati-ati ya.."
"Ok
Ryan Bye, cup ah.." Gila kupikir Si Risa, dia bohongi aku tapi masih juga
sempat bersikap mesra.
Dengan jawaban tadi aku yakin betul kalo Risa dan Rico sedang menuju ke tempat wisata di kota B. Terbayang di wajahku pergumulan yang pernah aku lakukan bersama Rico dan Risa, ada gairah, ada cemburu yang membara. Tapi kenapa mereka lakukan ini? Kenapa Risa menghianatiku? Kenapa Rico menyalahgunakan kepercayaanku? Bukankah kuajak dia ikut bergabung pada permainan dulu itu agar tak ada cemburu diantara kita? Kenapa mereka melakukan ini tanpa seijinku bahkan berbohong kepadaku? Sejuta pertanyaan terus melintas di kepalaku.
Aku menyalahkan diriku sendiri kenapa kuajak Rico waktu itu? Ah semuanya sudah telanjur, aku nggak bisa membayangkan lagi apa yang mereka perbuat selama ini ketika aku di luar kota. Dengan dalih skripsi mereka bebas melakukan apa saja.
Di sela-sela kegundahanku tiba-tiba kuingat Findi, pacar Rico. Sedang apa kira-kira dia? Tahukah ia kalo Rico selingkuh dengan Risa. Tiba-tiba ada gairah dalam diriku untuk menikmati tubuh Findi, kubayangkan bodynya, putihnya dan pantatnya yang aduhai. Kulihat Hpku kucoba cari nomornya, ah bersyukur aku ternyata aku masih menyimpan nomornya.
"Hallo Findi?"
"Iya..
Siapa nih?"Suaranya merdu dan manja sekali.
"Ini
Ryan.."
"Oh
Bang Ryan. Gimana kabarnya Bang?" sapanya sangat lembut dan ramah.
"Baik..
Findi sendiri gimana? Baik juga kan?"
"Iya
Bang"
"Lagi
dimana nih Fin"
"Di
tempat temen Bang, di U"
"Lho
nggak pacaran, kan
hari sabtu?"
"Aduh
Bang, Rico lagi sibuk sekali akhir-akhir ini ngerjain skripsi, jangankan
pacaran telp aja aku takut ganggu.. Lho bukannya Rico lagi ke dosen ama Mbak
Risa? Abang di K kan?
Belum ketemu Mbak Risa?" tanyanya seperti memberondong.
"Oh
ya tho.. Belum tuh Riss.. Eh kamu di kota
U ya? Aku juga di U nih.. Gimana kalo kita ketemu, itung-itung ngilangin kangen
sebagai sesama ditinggal pacar sibuk skripsi.. He.. He.." kucoba sambil
bercanda sekaligus menghilangkan rasa cemburuku pada Risa dan Rico.
"Ah
Abang bisa aja.. Tapi boleh juga Bang, soalnya temenku juga mau pergi bentar
lagi"
"Ya
udah kujemput kamu ya.." Setelah Findi memberikan alamat temennya lalu
kusuruh sopir taksi meluncur ke alamat tersebut.
"Pagi Fin"
Gila
kulihat cantik sekali Findi pagi ini badannya yang dibalut kain ketat serta
celana ketat tiga perempat seolah memamerkan semua tonjolan yang ia punya.
"Eh Abang.. Udah dateng kok cepat sekali?"
"Iya
nih.. Ternyata posisiku tadi udah dekat.. Yuk" ajakku sambil mengandengnya
masuk ke taksi.
Terasa
harum wangi parfumnya membuat 'adik'ku menggeliat.
Setelah memasuki taksi, kemudian kami meluncur dengan cepatnya, seakan tahu betul sopir taksi itu mengarahkan ke obyek wisata B.
"Kemana kita Bang?" Tanya Findi melihat taksi ke arah B
"Gimana
kalo kita ke B, sambil lihat pemandangan. Di jakarta lihatnya gedung terus sih.."
"Boleh
Bang.. Siapa takut.. Asal nggak aneh-aneh aja Abang"
"Aneh-aneh
gimana maksudnya?"
"Ya
kan dah lama
nggak ketemu Mbak Risa.. Aku nanti jadi pelampiasan lagi" katanya sambil
mengerling penuh arti.
"Dasar
kamu.." kataku sambil kucubit dia.
Di perjalanan kami terus bercanda, cerita kesana-kemari sampe akupun agak lupa kalo tujuanku adalah investigasi Risa dan Rico. Hingga karena taksi dikemudikan sangat cepat maka tanpa diduga sebelumnya posisi taksiku persis di belakang mobil Risa yang dikemudikan Rico.
"Bang itu bukannya mobil Mbak Risa? Yang nyetir Rico kan? Mau kemana mereka? Kok kemari?"
"Itulah
yang juga Abang ingin tahu, Abang sejak tadi membuntuti mereka. Trus Abang telp
Findi, eh pas di kota
U juga, jadi sekalian aja pikirku. Abang juga penasaran kok Fin"
"Pantesan
sibuk terus mereka, jangan-jangan"Findi tak meneruskan kata-katanya,
matanya berkaca-kaca, ia rebahkan tubuhnya ke dadaku.
"Bang.. Gimana nih Bang?"
"Udahlah
Fin.. Gak pa-pa.. Santai aja, toh Findi kan
juga sama Abang.. Jadi satu-satu nantinya hehe"
"Ih
Abang genit..
"Katanya
sambil terus merapatkan ke badanku seakan nggak mau ia lepaskan. Kulihat Findi
mulai agak tenang.
Taksi kami terus mengikuti arah mobil Risa, dari belakang kulihat sesekali Risa mencium Rico, kadang sebaliknya Rico yang mencium Risa.
"Ih.. Mereka genit sekali" kata Findi sebel.
"Aku
cium Abang juga ah.." Tanpa peduli pada sopir taksi tiba-tiba Findi
menciumku.
"Ih
nakal kamu" Padahal saat itu adikku betul-betul tegang, aku bergairah
melihat apa yang akan diperbuat Risa dan Rico sekaligus bergairah karena Findi
terus merapat ke badanku.
Tiba di kota B. Kulihat mobil Risa belok ke arah Hotel KDR, aku hafal betul karena di tempat itu aku dan Risa sering memadu kasih, lalu kuminta sopir taksi untuk terus dulu supaya nggak ketahuan mereka kalo aku dan Findi membuntuti.
"Bang mereka ke Hotel. Mau ngapain mereka? Masak konsultasi di Hotel?" Findi semakin sebel diliputi rasa cemburu, rasa yang sama yang pernah kurasakan dulu (Cemburu Membawa Sensasi).
"Udah
Fin, tenang aja nanti kita ikutin mereka"
Setelah beberapa saat taksi kemudian kuminta berputar masuk ke hotel, aku berbincang-bincang sesaat dengan reseptionist yang aku udah lumayan kenal karena langganan lalu aku minta kamar di sebelah Risa dan Rico. Sedangkan sopir taksi kuminta dia pulang setelah kubayar, karena aku berpikir pulangnya bareng sekalian dengan Risa dan Rico.
Jalan menuju ke kamarku melewati depan kamar Risa dan Rico, saat aku lewat terdengar desahan-desahan yang sangat menggairahkan. Kurang ajar batinku ternyata mereka udah nggak mampu menahan lagi, tapi di sisi lain desahan-desahan itu justru membuatku terasa bergairah.
Begitu masuk kedalam kamar aku dan Findi segera mencari lubang yang dapat kami gunakan untuk mengintip aktivitas Risa dan Rico, tanpa menemui kesulitan kami menemukan lubang yang mampu melihat aktivitas mereka secara jelas namun tak mungkin mereka lihat karena tempatnya sangat tersembunyi.
"Oh Ris.. Aku kangen sekali ama tetekmu" ujar Rico sambil memegang dada Risa yang masih terbungkus kain lengkap.
"Ohh..
Ohh.. Aku juga Ric, aku kangen ama batangmu yang tegak itu" desah Risa
sambil terus mereka berciuman bibir.
Kulihat Findi begitu dongkol melihat kelakuan mereka, namun sisi laen aku juga lihat kalo Findi wajahnya merah, kuduga selain menahan amarah ia juga menahan gairah melihat aktivitas Rico dan Risa. Perlahan kuraba paha Findi yang masih terus mengintip aktivitas Rico dan Risa.
"Ohh.. Oh.." Lenguhnya tanpa menggeser posisi mengintipnya.
Sementara di seberang kamar kulihat Rico telah berhasil melucuti pakaian atas Risa hingga yang tertinggal di atas hanyalah BH Risa.
"Ohh.. Ric.. Lidahmu nakal sekali"
"Tapi
kamu suka kan?"
"He
eh.. Ehm.. Oh.. Terusin nakalmu Ric, lepaskan BH ku" Risa semakin
bernafsu.
Aku hafal betul kalau Risa paling tidak tahan jika teteknya di pegang. Dalam sekejap BH Risa sudah terlepas dari tempatnya, kini yang nampak adalah dua buah gunung kembar yang menjulang dengan puting yang sudah mengeras. Rico dengan lahap menjilati puting tersebut.
"Ohh.. Enak sekali Ric.. Kok bisa ya sekecil ini di jilat rasanya sampe ke ubun-ubun.. Oh" lenguh Risa dengan manja menahan gairah. Sementara aku sendiri terus bergerilya di paha Findi..
"Ough.. Ohh.. Enak Bang"
"Lepasin
celanamu ya.." Pintaku dengan berbisik
"Ho..
Oh" Kulepas celananya yang tiga perempat, sengaja kusisakan CD-nya biar
ada sensasi tersendiri.
"Uhh.. Bang" rintihnya ketika tanganku mengucap vegynya yang masih tertutup CD, namun nampak jelas rambut-rambutnya yang hitam kecoklatan.
"Uhh.. Bang" rintihnya ketika tanganku mengucap vegynya yang masih tertutup CD, namun nampak jelas rambut-rambutnya yang hitam kecoklatan.
"Ohh..
Ouhh.. Ohh.. Kamu pintar sekali Bang" desahannya makin keras tatkala
kuraba bibir vegynya yang sudah basah.
Di seberang kamar kulihat Risa dan Rico sudah tak berpakaian lagi alias telanjang bulat. Risa kulihat sedang mengoral penis Rico.
"Ohh.. Ris enak.. Sekali.. Oh" Rico meracau.
"Enak
mana ama kuluman Findi Ric?" Tanya Risa sambil terus mengoral.
"Enakan
oralmu Ris".
Mendengar ucapan Rico, Findi menjadi jengkel. Seolah ia akan membuktikan ucapan Rico, kemudian ia segera melucuti celanaku. Terpampanglah penisku yang sudah tegak mengacung. Tanpa banyak basa basi ia langsung kulum penisku.
"Oh.. Ohh.." Bibir tipis Findi ternyata lihai juga mengoral penisku, memang kuakui bibir tebal Risa lebih mantap untuk mengulum penis, namun demi menyenangkan hati Findi aku tetap memuji dia.
"Auh..
Ogh, enak.. Fin.. Bohong kalo Rico bilang enakan kuluman Risa.. Ohh.."
Seakan makin bersemangat Findi terus mengocok penisku dengan cepat.
"Oh.. Fin enak sekali.. Aku nggak tahan Fin.." sambil terus Findi mengulum penisku, tanganku menyelusup ke dada Findi, kutemukan dua gunung yang memang nggak sebesar punya Risa.
"Ohh..
Bang.. Aku bergairah sekali.. Bang.. Oh.."
Kulihat di kamar sebelah Risa dan Rico sudah tidur berpelukan, terdengar dengkuran halus Risa yang sangat kukenal. Karena aku dan Findi terlalu asyik bermain sehingga tidak sempat melihat sampai klimaks Rico dan Risa dalam mendaki kenikmatan.
"Bang masukin punyamu Bang.. Ohh.. Aku nggak tahan lagi" perlahan kumasukin penisku di vagy Findi.
"Pelan-pelan
Bang.. Oh.. Nikmat.. Ohh"
"Ohh..
Ough.."
"Ouhh..
Ough.. Oghh.. Ohh" Kami terus berpacu mengjar nafsu yang semakin membara
seolah lupa kalo di sebelah ada pasangan kita masing-masing.
"Ohh..
Bang aku hampir sampe"
"He
eh.. Abang juga.. Dikeluarin dimana?"
"Di
luar aja Bang aku lagi subur.. Oh"
"Ya
udah Findi keluarin dulu.."
"Oh..
Bang.. Oh.. Ohh" Rintihan panjang Findi mengakhiri klimaksnya.
Ia semburkan lahar basahnya ke penisku, sementara penisku segera kutarik dan kukgoyang-goyangkan dengan keras di atas perut Findi. "Ohh.. Ohh" cret cret spermaku keluar dengan derasnya di perut Findi.
Kami
kemudian berpelukan sangat erat. Sementara itu di kamar sebelah Rico dan Risa
masih tertidur, demikian pula dengan Findi, ia tertidur mungkin karena
kecapekan. Sedangkan aku sendiri tak bisa tidur. Sambil menghisap rokok aku
berpikir keras untuk menggali ide agar dapat menyelesaikan konflik
perselingkuhan ini dengan happy ending dengan tanpa amarah bahkan kalo bisa
dengan gairah, karena bagaimanapun awalnya aku yang salah dan aku memang sangat
mencintai Risa, tapi vegy Findi pun juga lezat rasanya.
Tamat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar